Breaking News
Loading...
Saturday, March 9, 2013

Info Post

Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain pula ikannya. Setiap daerah memiliki ciri khas masing-masing. Tak terkecuali soal urusan esek-esek. Di Padang, para pekerja seks komersial (PSK) mempunyai cara tersendiri menggaet pelanggannya. Biasanya dengan modus taksi biru, kini tak lagi. Seperti apa ceritanya?

PARA PSK itu menum­pangi mobil pribadi dalam beroperasional. Mobil rental itu berjalan pelan di Jalan Diponegoro. Waktu itu jam menunjukkan pukul sembilan malam. Mobil-mobil itu hilir mudik mencari pria hidung belang.

Pantauan Padang Ekspres Sabtu (12/1) malam, terlihat sekitar 9 mobil sengaja ber­putar-putar dengan pelan. Sesekali mobil itu berhenti menghampiri beberapa pria yang tengah duduk di pinggir jalan dan coba menawarkan wanita malam yang ada di dalamnya.

“Butuh cewek, mas,” kata itu keluar dari mulut seorang wanita cantik yang mengena­kan make up tebal dan tengah duduk di bangku sebelah sopir kepada pria yang akan menjadi pelanggannya malam itu.

Di dalam mobil sudah ada empat wanita duduk di bangku belakang. “Bisa dipilih, tergan­tung mas mau yang mana,” ulasnya sembari meminta pria itu melihat wanita lainnya yang ada di dalam mobil itu.

Wanita-wanita itu tampak masih ABG alias anak baru ge­de. Penampilannya, alamak! Hmm, tak ubahnya bak artis ibu kota. Mereka mema­mer­kan kemolekan tubuhnya un­tuk memikat hati pria hidung belang.

Jika pria yang akan menja­di pelanggannya malam itu ter­goda, maka terjadilah tawar me­nawar yang akan berujung di kamar hotel. “Bisa ditawar kok, Mas. Long time atau short time,” kata wanita itu men­ja­jakan diri kepada Pa­dang Ekspres.

Bila tarif cocok, barang lang­sung bungkus. Bisa lang­sung dibawa si pemesan, atau diantarkan ke hotel yang telah diiboking.

Transaksi wanita malam di Jalan Diponegoro atau Taman Melati sudah menjadi rahasia umum. Oleh warga Padang, kawasan ini disebut lokalisasi terselubung. Kendatipun se­ring dirazia, tetap saja kawasan tersebut tidak pernah sepi dari wanita malam.

Intan (nama samaran), misalnya. Meski wanita beru­sia 25 tahun ini pernah terja­ring Pol PP, dia tidak jera me­njajakan diri saban malam. “Saya bekerja untuk meme­nuhi kebutuhan hidup dan anak-anak saya,” dalih wanita yang sudah menjanda itu.

Saat menjajakan diri, wani­ta beranak dua ini ditemani seorang sopir yang setia me­ngantarnya mencari pria hi­dung belang. Hasil dari “jual diri” itu akan dibagi dengan sang sopir. “20 persen dari hasil dibagi dengan sopir yang membawa saya,” ulasnya.

Penghasilan Intan dalam semalam bergantung mobili­tas. Semakin aktif mobil yang dirental keliling kota, makin ba­nyak pula pria hidung be­lang didapat. “Kalau ramai, bisa mencapai Rp 1 juta. Kalau tidak, ya sama sekali tidak ada penghasilan,” jelasnya.

Intan menyadari bila terja­ring, risikonya bisa masuk Panti Rehabilitasi Andam De­wi di Kabupaten Solok.

Menanggapi fenomena itu, Pol PP Padang berjanji kem­bali mengintensifkan razia. “Mereka nekat menabrakkan mobilnya kepada petugas,” ujar Kanit Provost Pol PP Padang, Alwi beberapa waktu lalu.



Artikel Terkait Nasional