Breaking News
Loading...
Friday, April 26, 2013

Info Post

JAKARTA – Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) langsung merespon insiden ledakan bom Marathon Boston yang terjadi di Boston, Massachusetts, Amerika Serikat, pada Senin (15/4/2013) pukul 14.45 waktu setempat, atau pada Selasa (16/4/2013) pukul 02.45 WIB.
Sesaat setelah mendengar peristiwa tersebut, kurang lebih pukul 04.18 WIB, SBY langsung mengucapkan kesedihannya atau dukacita terhadap korban ledakan Bom Marathon Boston. Ucapan dukacita SBY tersebut diungkapkan melaui akun Twitter-nya di @SBYudhoyono.
Ucapan dukacita SBY tersebut disisipkan diantara cerita kunjungan kerjanya ke Karawang, kemudian “kicauannya” atas ulang tahun Korps Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD, kemudian arahan-arahannya terhadap carut marut ujian nasional (UN), dan pesan-pesan SBY lainnya.
Dalam akun @SBYudhoyono, SBY sempat menuliskan ; “@BarackObama Indonesians and I are deeply saddened by the boston bombings. Our prayers are with the victims and their families. *SBY* (@BarackObama Indonesia dan saya sangat sedih dengan pemboman boston. Doa kami dengan para korban dan keluarga mereka. *SBY* -red),” tulis SBY dalam tweet-nya.
Hal ini tentu saja sangat berbanding terbalik dengan sikap SBY kepada rakyatnya sendiri dan umat Islam pada khususnya. Saat rakyatnya menjadi korban bencana alam atau semisalnya, SBY terkesan begitu lambat meresponnya. Namun jika ada “orang asing’ dalam hal ini korban ledakan Bom Marathon Boston, SBY langsung tanggap dengan mengucapkan ucapan dukacita.
Tak hanya masyarakat umum, perbedaan perilaku dan respon berbeda yang ditunjukkan juga sama persis dan sering dilakukan SBY tatkala umat Islam menjadi korban. Jika umat Islam yang menjadi korban diskriminasi agama lain atau institusi lain, misalnya korban pemboman oleh kelompok Syi’ah di Sampang Madura atau salah tangkap dan salah bunuh Densus 88, SBY terlihat begitu lambat dan acuh tak acuh serta cuek dengan kondisi yang menimpa umat Islam.
Tercatat, bagaimana respon SBY tidak begitu terlihat greget ketika PP Muhammadiyah, MUI, Komnas HAM, dan institusi lain membeberkan sejumlah kekejaman dan pelanggaran HAM Densus 88 terhadap umat Islam yang di “teror” oleh Densus 88.
Meski Ketua PP Muhammadiyah, Prof Dien Syamsuddin, sudah sering kali berbicara didepan publik bahwa pemerintah harus segera mengevaluasi kinerja Densus 88, namun hal itu sepertinya tidak ditanggapi serius oleh SBY.
“Kalau dari kami, ormas-ormas Islam, MUI kita sepakat saya kira Densus 88 itu harus dievaluasi, bila perlu dibubarkan. Tapi diganti dengan sebuah lembaga dengan pendekatan baru untuk bersama-sama untuk memberantas terorisme,” kata Dien Syamsudin kepada wartawan di Mabes Polri, Kamis (28/2/2013).
Jangankan ditanggapi, sekedar untuk mengucapkan permintaan maaf atau ucapan kesedihan-pun tidak diucapkan oleh SBY. Padahal, Ketua Tim Pemantauan dan Penyelidikan Penanganan Tindak Pidana Terorisme Komnas HAM, Siane Indriani sudah mengeluarkan rilis bahwa tindakan Densus 88 dalam penanganan terorisme sudah berada di luar jalur hukum dan telah melanggar HAM berat, karena terbukti kerap menyiksa dan menganiaya para terduga teroris maupun keluarganya.



Artikel Terkait Nasional