Jakarta, Banyak orang mengira makanan penyebab jerawat adalah makanan yang berprotein tinggi seperti telur atau kacang-kacangan. Namun sebuah studi baru dari Belanda mengungkap bahwa cokelat juga dapat memicu munculnya jerawat dengan cara mengubah sistem kekebalan.
Dalam studi tersebut, tim peneliti mengumpulkan sampel darah dari tujuh orang sehat sebelum dan sesudah mereka diminta memakan 1,7 ons cokelat setiap hari selama empat hari. (Masing-masing cokelat mengandung 30 persen kokoa).
Kemudian peneliti dari Radboud University Nijmegen Medical Center ini memapari sel-sel darah partisipan dengan bakteri-bakteri penyebab jerawat yaitu Propionibacterium acnes dan Staphylococcus aureus.
Ternyata setelah memakan cokelat, sel-sel darah partisipan menghasilkan lebih banyak interleukin-1b (penanda peradangan sistem kekebalan) ketika terpapar Propionibacterium acnes. Hal ini menunjukkan konsumsi cokelat dapat meningkatkan peradangan yang berkontribusi terhadap munculnya jerawat.
Selain itu, cokelat juga dapat meningkatkan produksi faktor sistem kekebalan lain yang disebut dengan interleukin 10 setelah terpapar bakteri Staphylococcus aureus. Padahal Interleukin 10 diketahui dapat menurunkan sistem pertahanan tubuh saat melawan mikroorganisme sehingga jika kadar interleukin 10 tinggi maka akan tercipta kondisi-kondisi yang menyebabkan bakteri-bakteri tersebut memicu jerawat sekaligus memperburuk kondisinya, kata peneliti.
Namun selain karena lingkupnya yang terlalu kecil, temuan studi ini masih bersifat preeliminer, artinya studi-studi berikutnya sebaiknya melakukan pengamatan lebih mendalam terhadap komponen cokelat (lemak, gula, dll) yang bisa jadi bertanggung jawab terhadap munculnya efek-efek tersebut dan apakah cokelat bebas lemak akan memberikan efek yang berbeda.
Studi lain yang dilakukan pada tahun 2011 juga menemukan bahwa konsumsi cokelat dapat memperparah jerawat tapi studi tersebut hanya melibatkan 10 pria yang mengonsumsi cokelat murni.
Menanggapi studi ini, Dr. Kanade Shinkai, seorang dokter kulit dari University of California, San Francisco School of Medicine dengan spesialisasi pada pengobatan jerawat mengatakan, "Meski banyak yang mengatakan cokelat, produk susu dan makanan lainnya seperti makanan berglikemi tinggi dapat berpengaruh pada jerawat, tapi sangat sedikit bukti yang dapat menunjukkan pengaruh makanan-makanan tersebut."
"Lagipula mungkin ada beberapa orang yang jerawatnya dipengaruhi oleh pola makan tapi ini tak berlaku bagi semua orang. Ada banyak faktor yang berkontribusi terhadap jerawat, termasuk faktor genetik, hormonal dan konsumsi obat-obatan tertentu," tambahnya.
Itulah mengapa menurut Shinkai kebanyakan dokter kulit tidak merekomendasikan perubahan pola makan ketika pasien mereka mengeluh jerawatan, kecuali jika si pasien yakin makanan tertentulah yang menyebabkan jerawatnya muncul.
Bahkan Shinkai menentang pembatasan makanan tertentu seperti menghindari produk susu karena bahan makanan ini merupakan sumber kalsium dan vitamin D penting. "Yang tak kalah penting manfaat nutrisi dari produk ini lebih besar daripada efeknya sebagai pemicu jerawat," tutupnya.