Hary Tanoesoedibjo mundur dari Partai NasDem. Pemilik grup bisnis MNC ini mengumumkan pengunduran diri itu lewat siaran pers, Senin 21 Januari 2013. Pengunduran diri itu sama mengejutnya dengan ketika Hary Tanoe bergabung dengan partai itu 9 Oktober 2011. Meski cuma singgah sebentar, Harry mengaku sulit
hengkang dari sana. Apalagi, katanya, dia sudah banyak berkorban. Energi, waktu dan tentu saja uang. Pengusaha berusia 48 tahun itu, sebelumnya memang belum pernah aktif di partai politik. Nasdem adalah rumah pertamanya dalam dunia politik.
Sebelum siaran pers itu, Hary mengaku sudah bertemu empat mata dengan Surya Paloh, Ketua Majelis Nasional Nasdem. Dalam pertemuan itu mereka berdua sama-sama sedih. “Pak Surya Paloh sedih karena saya harus pergi. Saya juga. Kami sama-sama sedih karena sejak bergabung dengan Nasdem, saya all out. Tapi ini pilihan terbaik untuk Pak Surya Paloh dan saya,” kata Hary.
Pahit memang. Sebab jalan terbaik itu adalah perpisahan. Padahal jabatan Hary Tanoe di situ nyaris di pucuk. Ketua Dewan Pakar. Dan menjadi tandem Surya Paloh di kursi Wakil Ketua Majelis Nasional. Dua posisi penting itu langsung didapuk begitu dia masuk tahun 2011 itu. Masuknya Hary Tanoe dikukuhkan dalam Rapat Pimpinan Nasional Partai Nasdem di Hotel Mercure, Ancol.
Saat itu memang masa bulan madu. Tugas saya, kata Hary ketika dikukuhkan itu, adalah menyusun strategi agar Nasdem menjadi partai besar. Sebagai pengusaha media yang memiliki sejumlah stasiun televisi, kata Surya Paloh, masuknya Hary Tanoe memberi keuntungan tersendiri bagi NasDem. Bergerak bersama dengan media yang dimiliki Surya, Nasdem seperti melewati jalan tol menuju khayalak ramai.
“Secara ekonomis Tanoe bukan orang yang memiliki ketergantungan ekonomi. Partai akan mendapat iuran dari dia,” kata Paloh ketika Hary Tanoe baru bergabung dengan Nasdem. Saat itu kedua tokoh tersebut menegaskan bahwa mereka punya visi dan misi yang sama untuk membangun bangsa.
Paloh dan Hary Tanoe Ternyata Berbeda
Meski baru setahun lebih, kemesraan itu sudah jadi cerita masa lampau. Kini Surya Paloh dan Hary Tanoe pecah kongsi. Perbedaan itu disampaikan secara blak-blakan dalam konferensi pers Senin siang tadi. “Saya ingin mempertahankan struktur kepengurusan yang ada saat ini. Namun Pak Surya Paloh menginginkan perubahan dengan terjun langsung pemimpin partai," katanya.
Rupanya ini soal prinsip bagi keduanya. Sama-sama tak mau mengalah, lalu sampai di jalan buntu. Hary Tanoe menegaskan bahwa ketika berkonflik dalam sebuah partai, itu sesungguhnya sudah tidak sehat. Menurutnya, lebih tepat apabila Paloh tetap duduk sebagai Ketua Majelis Partai Nasdem dan mendorong kader-kader muda mengisi jabatan ketua umum.
“Partai Nasdem sudah berkembang baik. Mayoritas pengurus dan anggota Nasdem, baik di pusat maupun daerah, bisa diterima kalangan muda dan 70 persennya terdiri dari kaum muda. Struktur kepengurusan inilah yang ingin saya pertahankan. Tapi karena tak bisa, pada satu titik saya harus memilih,” ujar Hary Tanoe.
Tanoe tidak sendirian mundur dari Nasdem. Ikut mundur bersamanya adalah Sekretaris Jenderal Partai Nasdem Ahmad Rofiq dan Wakil Sekretaris Jenderal Nasdem Saiful Haq. “Perbedaan yang tidak dikelola dengan baik pilihannya hanya satu, mundur. Daripada terus-menerus bermasalah di dalam partai,” kata Rofiq yang juga hadir dalam konferensi pers itu.
Rofiq menegaskan bahwa ia dan rekan-rekannya meninggalkan Nasdem bukan karena soal jabatan atau figur tertentu. “Tapi karena tidak ada kesesuaian di antara kami semua. Kami harus keluar karena tidak ingin menjadi bagian dari sistem yang rusak,” kata dia. (Baca: Konflik di NasDem Ibarat Api Dalam Sekam)
Kini setelah mundur dari Nasdem, Tanoe dan rekan-rekannya menyatakan tidak akan 'berpuasa' politik. “Kami bisa bergabung dengan partai baru, tapi dengan catatan belum bisa ikut Pemilu 2014. Bisa juga bergabung dengan partai yang sudah ada. Saya belum bisa sampaikan pilihan mana yang akan saya ambil,” kata Tanoe.
Satu hal yang jelas, semua iklan Partai Nasdem di media milik Tanoe, MNC Grup, kini dihentikan. “Dengan sendirinya iklan Nasdem dihentikan karena saya bukan lagi kader Nasdem,” kata Tanoe. Namun demikian, ujarnya, ia dan Surya Paloh tetap bersahabat secara pribadi. (Baca: Semua Iklan NasDem di MNC Grup Dihentikan)
Anak Muda Masih Mendukung Surya Paloh
Secara terpisah, Ketua Badan Pemenangan Pemilu Partai Nasdem, Ferry Mursyidan Baldan, mengakui ada gejolak internal di tubuh Nasdem menjelang kongres yang digelar 25-26 Januari 2013. Gejolak semakin kencang seiring semakin dekatnya waktu pengukuhan Surya Paloh sebagai Ketua Umum Partai Nasdem pada kongres nanti.
“Nasdem didirikan dan dirancang secara sadar untuk melakukan perubahan. Muncul kesadaran bahwa ini saatnya Surya Paloh dan Patrice Rio Capella memimpin bersama,” kata Ferry. Terlebih Paloh adalah penggagas ormas dan partai Nasdem.
Patrice Rio Capella selaku Ketua Umum Nasdem sendiri ikhlas posisinya digantikan Paloh. Gejolak Nasdem saat ini, ujar Ferry, adalah ujian pertama partainya menuju pertarungan politik 2014.
Tapi tidak semua tokoh muda di partai itu memang tidak setuju dengan langkah Surya Paloh. Masih banyak juga yang mendukungnya. Ketua Bidang Program Aksi dan Task Force Dewan Pimpinan Pusat Partai Nasdem, Willy Aditya, membantah ada pertarungan "tua-muda" di Nasdem. Willy menyatakan, justru anak-anak muda di Partai Nasdem mendukung kepemimpinan Ketua Umum Patrice Rio Capella dan Ketua Majelis Nasional Surya Paloh.
"Saya ini termuda di DPP Nasdem, tapi saya tetap berada di barisan," kata pria berusia 34 tahun itu saat dihubungi VIVAnews, Senin 21 Januari 2013. Dan dia menambahkan, banyak anak-anak muda lain masih berada di barisan Nasdem ( Baca: Saya Termuda di NasDem Dukung Surya Paloh)